A. AKSIMUDHA
Aksimudha adalah kesenian bernafas islami yang
tersaji dalam bentuk atraksi pencak silat yang dipadu dengan tari-tarian
dengan iringan terbang/ genjring. Pertunjukkan aksimudha dilakukan oleh
delapan penari pria. Aksimudha pernah berkembang di seluruh wilayah
Kabupaten Banyumas dan saat ini masih dapat ditemukan di wilayah
Kecamatan Wangon.
B. ANGGUK
Angguk adalah kesenian bernafas islami yang tersaji
dalam bentuk tari-tarian dengan iringan terbang/genjring. Pertunjukkan
angguk dilakukan oleh delapan orang pria.
C. APLANG atau DHAENG
Aplang atau dhaeng adalah kesenian bernafas islami
serupa dengan angguk, pemainnya terdiri atas delapan penari wanita.
Aplang masih berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas khususnya
di wilayah Kecamatan Somagede.
D. BARITAN
Baritan adalah upacara kesuburan dengan menggunakan
kesenian sebagai media utamanya. Hingga saat ini ada dua macam baritan
yaitu baritan yang digunakan untuk tujuan memanggil hujan dan baritan
untuk keselamatan ternak. Untuk memangil hujan biasanya digunakan
berbagai macam kesenian yang ada seperti Iengger, buncis, atau ebeg.
Adapun baritan untuk keselamatan ternak biasanya menggunakan Iengger
sebagai media upacara. Baritan biasanya dilaksanakan pada mangsa Kapat
(sekitar bulan September). Baritan untuk memanggil hujan berkembang di
seluruh wilayah Kabupaten Banyumas, sedangkan baritan masih berkembang
di wilayah Kecamatan Ajibarang.
E. BEGALAN
Begalan adalah seni tutur tradisional yang
digunakan sebagai sarana upacara pernikahan. Begalan menggambarkan
peristiwa perampokan terhadap barang bawaan dari besan (pihak mempelai
pria) oleh seorang begal (perampok). Dalam falsafah orang Banyumas, yang
dibegal (dirampok) bukanlah harta benda, melainkan bajang sawane kaki
penganten nini penganten (segala macam kendala yang mungkin terjadi
dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua).
�
Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang
merupakan sedulur pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak
mempelai pria. Kedua pemain begalan menari di depan kedua mempelai
dengan membawa properti yang disebut brenong kepang. Properti tersebut
terdiri atas alat-alat dapur yang diberi makna simbolis yang berisi
falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai yang akan menempuh hidup
baru mengarungi kehidupan berumah tangga. Dalam pementasannya, kedua
pemain begalan menari dengan diiringi gendhing-gendhing Banyumasan yang
disajikan dengan menggunakan perangkat gamelan. Hingga saat ini begalan
masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar